Senin, 02 Desember 2013

Hakikat Ketenangan


Alkisah ada seorang guru spiritual yang menyuruh muridnya belajar ketenangan selama tiga bulan lewat meditasi. Selama proses bermeditasi itu, guru spiritual itu melihat muridnya sepertinya selalu resah, gelisah, tidak tenang.

“Muridku, apa yang bisa kubantu agar kau bisa tenang bermeditasi?” tanya guru kepada muridnya.

Muridnya menjawab “Guru, aku ingin bantal untuk alas duduk. Setelah itu aku baru akan bisa duduk bermeditasi dengan tenang.”


“Baiklah, aku akan memberikanmu bantal yang empuk untuk alas duduk.”

Setelah beberapa hari sang guru bertanya “Apakah kau sudah merasa tenang dan nyaman dalam bermeditasi sekarang?”

“Tidak, aku belum merasakan ketenangan dan kenyamanan.” keluh muridnya. “Oh guru, aku biasanya bermeditasi sambil mendengarkan musik yang memiliki frekuensi yang dapat menghantarkanku ke kondisi Alfa Teta.”

Lalu guru itu menyetelkan musik meditasi, dan setelah beberapa waktu dia bertanya, “Apakah kamu tenang sekarang muridku?”

“Belum, aku belum bisa tenang.”

“Apa yang kamu inginkan?”

“Guru, aku biasanya bermeditasi menghadap patung atau gambar orang-orang suci. Setelah itu baru hatiku tenang.”

Lalu sang guru dengan sabar mengangkat patung orang suci yang wajahnya bagaikan rembulan yang indah dan meletakkannya di hadapan muridnya.

Setelah beberapa hari sang guru bertanya “Apakah kau tenang sekarang?”

“Tidak guru, aku belum bisa tenang. Aku biasanya bermeditasi menggunakan wewangian seperti dupa dan semacamnya. Setelah itu aku baru bisa merasa tenang.”

“Baiklah” kata sang guru, lalu ia membakarkan dupa yang wanginya seperti wangi seribu bunga.

Setelah beberapa waktu sang guru bertanya “Muridku, apakah kau tenang? Apakah kau sudah merasa tenang sekarang?”

“Oh guru, andaikata kau memberikanku sebuah ruangan yang bagus, setelah itu aku pasti baru dapat bermeditasi dengan tenang. Aku membutuhkan sebuah ruangan yang indah seperti surga seperti ruangan yang guru miliki.”

”Ya, sudah, pakai saja ruanganku.”

Setelah beberapa hari sang guru bertanya, “Apakah kau tenang sekarang?”

“Belum guru. Aku menginginkan angin yang menyegarkan tubuhku. Ruangan guru sungguh panas dan pengap. Jika aku mendapatkan angin yang segar, baru aku bisa bermeditasi dengan tenang.”

Lalu gurunya membobol sebagian tembok ruangannya, supaya angin segar dapat masuk.

“Apakah kamu sudah lebih tenang sekarang?”

“Guru, sebenarnya aku belum tenang. Aku duduk di sini dan bermeditasi, tetapi aku tak bisa konsentrasi. Pikiranku melayang-layang. Aku tak tenang.”

“Jadi apa yang kau inginkan? Ketenangan seperti apa yang kau inginkan?

“Jika sekarang aku tidak lapar, mungkin aku dapat bermeditasi dengan tenang.”

“Baiklah,” kata gurunya, lalu gurunya membeli nasi dengan lauk pauk yang mewah ala restauran untuk dimakan muridnya.

Setelah beberapa waktu gurunya bertanya lagi, “Apakah kau tenang sekarang?”

“Tidak. Aku belum tenang.”

“Lalu apa yang kamu inginkan lagi?”

“Oh guru, aku tidak mengerti. Kau sudah memberikan semua keinginanku, tapi aku tak tahu mengapa aku tetap belum merasa nyaman. Tolong jelaskan kepadaku kenapa aku tidak merasakan ketenangan hati.” ratap muridnya.

Lalu gurunya menjelaskan, “Muridku, sebelum kau meditasikan hati, jiwa dan pikiranmu, sebelum kau meditasikan keinginanmu, dan sebelum keikhlasan yang ada di DALAM dirimu kau TEMUKAN, sesungguhnya kau tak akan pernah tenang dan nyaman, sekalipun aku memberimu Surga.”

***
Memang seringkali dalam melakukan meditasi, kita menjadi seperti murid dalam cerita itu, kita selalu MENCARI ketenangan di LUAR DIRI kita. Begitu juga dalam kehidupan, kita masih selalu mencari-cari ketenangan dan kenyamanan dunia, padahal Tuhan SUDAH memberikan ketenangan dan kenyamanan DALAM DIRI kita, namun kita selalu merasa kurang atau belum mencapai ketenangan dan kenyamanan diri.

Sadarilah jika kita mencari ketenangan, kita hanya akan melihat hal-hal yang kita cari di luar diri kita. Mencari itu lain dengan menemukan. Mencari membuat kita terikat dan melekat dengan sesuatu, karena kita harus selalu mengejar sesuatu di LUAR DIRI kita. Sedang MENEMUKAN ketenangan membuat kita ikhlas menerima, karena kita tak dikejar-kejar untuk meraih ketenangan—sebab ketenangan sudah ada di DALAM DIRI kita. Ketenangan dalam hidup adalah ketika kita merasa ikhlas saat apapun, bagaimanapun, kapanpun dan di manapun kita berada.

Dalam bermeditasi, yang perlu kita sadari adalah meditasi bukan tempat, bukan juga suatu rutinitas atau kegiatan, tapi suatu keadaan—tetap tenang walaupun dalam kondisi apa pun.

Jadilah seorang ’yogi kehidupan’ yang melakukan meditasi tanpa melakukan meditasi. Jadilah seorang ’yogi kehidupan’ yang bermeditasi sekarang juga, kini, dan di sini—dalam segala keadaan—setiap saat meditasikanlah hati, jiwa dan pikiranmu.

Hakikat Ketenangan adalah: BERHENTILAH MENCARI KETENANGAN, MAKA KAU AKAN MENEMUKAN KETENANGAN.

***

Teddy Delano Gozali
Pelayan Padepokan Bhairawa Herucakra

Tidak ada komentar:

Posting Komentar